Persija Jakarta, atau Persija, adalah sebuah klub sepak bola profesional yang berbasis di Jakarta. Mereka saat ini berlaga di Indonesia Super League.
Pada masa Hindia Belanda, nama Persija adalah VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). VIJ adalah salah satu klub yang ikut mendirikan PSSI dengan partisipasi dari wakil-wakil dari VIJ, Mr. Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930. Pasca-Republik Indonesia kembali ke Republik Indonesia Serikat, VIJ berganti nama menjadi Persija (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, Jakarta). Pada saat itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) sebagai organisasi tandingan PSSI masih ada. Di sisi lain, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) sebagai bond (liga) Persija juga masih ada. Terlepas dari takdir atau tidak, bersama dengan negara berdaulat Indonesia, NIVU mau tidak mau harus bubar. Atmosfer akhirnya menyebar ke anggota mereka, seperti VBO. Di tengah tahun 1951, VBO mengadakan pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) dan merekomendasikan dirinya untuk bergabung Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, para pemain Persija "baru" dihadapkan dengan Belanda dan Cina. Berikut hasilnya: Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951), Cina vs Belanda 4-3 (30 Juni 1951), dan Persija (Indonesia) vs Cina 3-2 (1 Juli 1951). Semua pertandingan berlangsung di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.
MH Thamrin adalah salah satu pahlawan nasional yang peduli tentang VIJ yang kini menjadi Persija Jakarta, karena dia juga suka sepak bola dan dia lahir di Jakarta. Dia juga mengurus berbagai hal tentang Persija termasuk stadion. Kabarnya Stadion VIJ di Petojo, Jakarta Pusat juga dibangun oleh MH Thamrin menggunakan uangnya sendiri.
Secara historis, saingan Persija adalah PSMS Medan dan PSM Makassar. Mereka bertiga selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik di Perserikatan. Bahkan, pada Perserikatan tahun 1973-1975, Persija dan PSMS baik berbagi gelar Perserikatan bersama-sama, pada saat itu wasit memutuskan untuk menghentikan pertandingan di pertandingan final antara kedua klub.
Namun saat ini, Persija memiliki persaingan dengan Persib Bandung. Derby ini biasanya disebut sebagai derby Old Indonesia. Beberapa orang juga menyebutnya sebagai El Clasico Indonesia. Namun, persaingan ini dipandang lebih sebagai persaingan antara kedua pendukung. Keadaan ini telah berubah menjadi permusuhan antara pendukung garis keras kedua klub, Persija dengan Jakmania dan Persib dengan Viking dan Bobotoh. Dipengaruhi oleh media dan beberapa individu yang ingin permusuhan harus dipertahankan, banyak insiden permusuhan terjadi hingga saat ini.
Stadion Utama Gelora Bung Karno sudah menjadi kandang Persija sejak tahun 2008. Stadion ini merupakan stadion terbesar di Indonesia, serta stadion nasional Indonesia. Stadion ini adalah tempat untuk pertandingan internasional Tim Nasional Indonesia. Stadion yang selalu digunakan untuk pertandingan Indonesia melawan klub-klub besar Eropa seperti Chelsea, Arsenal, Liverpool, Juventus, dan banyak lagi.
Pendukung Persija yang disebut The Jakmania. Mereka secara resmi didirikan pada tanggal 19 Desember 1997. Mereka dikenal karena fanatisme nya. The Jakmania tidak hanya ada di Jakarta tetapi juga ada diluar Jakarta, seperti; Jak Semarang, Jak Jogja, Jak Tangerang, Jak Gresik, dan banyak lagi. Mereka dikenal memiliki hubungan yang baik dengan Aremania, pendukung Arema FC.
Note:
Warna jersey dari Persija Jakarta adalah merah sebagai jersey kandang, yang awalnya berwarna Persija Jakarta. Sekarang jersey terdiri dari warna oranye, disertai dengan celana pendek oranye atau merah dan kaus kaki putih. Namun kaus kaki dapat berupa oranye atau merah tergantung pada desain. Jersey tandang selalu semua putih tapi Persija juga memakai semua hitam untuk jersey tandang. Persija awalnya mengenakan warna merah untuk jersey kandang, tetapi dari tahun 1997 Persija menggantinya dengan warna oranye karena keputusan dari Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso.
Sejarah
Pada masa Hindia Belanda, nama Persija adalah VIJ (Voetbalbond Indonesische Jacatra). VIJ adalah salah satu klub yang ikut mendirikan PSSI dengan partisipasi dari wakil-wakil dari VIJ, Mr. Soekardi dalam pembentukan PSSI di Societeit Hadiprojo Yogyakarta, Sabtu 19 April 1930. Pasca-Republik Indonesia kembali ke Republik Indonesia Serikat, VIJ berganti nama menjadi Persija (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, Jakarta). Pada saat itu, NIVU (Nederlandsch Indisch Voetbal Unie) sebagai organisasi tandingan PSSI masih ada. Di sisi lain, VBO (Voetbalbond Batavia en Omstreken) sebagai bond (liga) Persija juga masih ada. Terlepas dari takdir atau tidak, bersama dengan negara berdaulat Indonesia, NIVU mau tidak mau harus bubar. Atmosfer akhirnya menyebar ke anggota mereka, seperti VBO. Di tengah tahun 1951, VBO mengadakan pertemuan untuk membubarkan diri (likuidasi) dan merekomendasikan dirinya untuk bergabung Persija. Dalam turnamen segitiga persahabatan, para pemain Persija "baru" dihadapkan dengan Belanda dan Cina. Berikut hasilnya: Persija (Indonesia) vs Belanda 3-3 (29 Juni 1951), Cina vs Belanda 4-3 (30 Juni 1951), dan Persija (Indonesia) vs Cina 3-2 (1 Juli 1951). Semua pertandingan berlangsung di lapangan BVC Merdeka Selatan, Jakarta.
MH Thamrin adalah salah satu pahlawan nasional yang peduli tentang VIJ yang kini menjadi Persija Jakarta, karena dia juga suka sepak bola dan dia lahir di Jakarta. Dia juga mengurus berbagai hal tentang Persija termasuk stadion. Kabarnya Stadion VIJ di Petojo, Jakarta Pusat juga dibangun oleh MH Thamrin menggunakan uangnya sendiri.
Rivalitas
Secara historis, saingan Persija adalah PSMS Medan dan PSM Makassar. Mereka bertiga selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik di Perserikatan. Bahkan, pada Perserikatan tahun 1973-1975, Persija dan PSMS baik berbagi gelar Perserikatan bersama-sama, pada saat itu wasit memutuskan untuk menghentikan pertandingan di pertandingan final antara kedua klub.
Namun saat ini, Persija memiliki persaingan dengan Persib Bandung. Derby ini biasanya disebut sebagai derby Old Indonesia. Beberapa orang juga menyebutnya sebagai El Clasico Indonesia. Namun, persaingan ini dipandang lebih sebagai persaingan antara kedua pendukung. Keadaan ini telah berubah menjadi permusuhan antara pendukung garis keras kedua klub, Persija dengan Jakmania dan Persib dengan Viking dan Bobotoh. Dipengaruhi oleh media dan beberapa individu yang ingin permusuhan harus dipertahankan, banyak insiden permusuhan terjadi hingga saat ini.
Stadion
Stadion Utama Gelora Bung Karno sudah menjadi kandang Persija sejak tahun 2008. Stadion ini merupakan stadion terbesar di Indonesia, serta stadion nasional Indonesia. Stadion ini adalah tempat untuk pertandingan internasional Tim Nasional Indonesia. Stadion yang selalu digunakan untuk pertandingan Indonesia melawan klub-klub besar Eropa seperti Chelsea, Arsenal, Liverpool, Juventus, dan banyak lagi.
Sejarah Stadion
# | Stadion | Tahun |
---|---|---|
1 | Lapangan Pulo Piun | 1928–1942 |
2 | Stadion Ikada | 1942–1961 |
3 | Stadion Menteng | 1961–1997 |
4 | Stadion Lebak Bulus | 1997–2008 |
5 | Stadion Gelora Bung Karno | 2008–sekarang |
6 | Stadion Manahan | 2016 |
7 | Stadion Patriot | 2017 |
Pendukung
Pendukung Persija yang disebut The Jakmania. Mereka secara resmi didirikan pada tanggal 19 Desember 1997. Mereka dikenal karena fanatisme nya. The Jakmania tidak hanya ada di Jakarta tetapi juga ada diluar Jakarta, seperti; Jak Semarang, Jak Jogja, Jak Tangerang, Jak Gresik, dan banyak lagi. Mereka dikenal memiliki hubungan yang baik dengan Aremania, pendukung Arema FC.
Squad, Update:
No | Posisi | Nama Pemain |
---|
No | Posisi | Nama Pemain |
---|
Warna Jersey
Warna jersey dari Persija Jakarta adalah merah sebagai jersey kandang, yang awalnya berwarna Persija Jakarta. Sekarang jersey terdiri dari warna oranye, disertai dengan celana pendek oranye atau merah dan kaus kaki putih. Namun kaus kaki dapat berupa oranye atau merah tergantung pada desain. Jersey tandang selalu semua putih tapi Persija juga memakai semua hitam untuk jersey tandang. Persija awalnya mengenakan warna merah untuk jersey kandang, tetapi dari tahun 1997 Persija menggantinya dengan warna oranye karena keputusan dari Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso.
0 comments :
Posting Komentar