Sholat Idul Fitri lazim dilaksanakan umat Islam pada 1 Syawal setelah berakhirnya bulan suci Ramadhan. Ibadah sholat id ini hukumnya sunah muakkadah.
Di Indonesia, salat Eid biasanya dilaksanakan pada hari pertama Hari Raya Idul Fitri. Waktu pelaksanaannya salah Idul Fitri pun beragam, namun kebanyakan dimulai dari pukul 06.00 WIB sampai paling lama pukul 08.00 WIB.
sumber gambar: tni-au.mil.id
Lantas, adakah aturan terkait kapan waktu yang paling benar dalam melaksanakan ibadah salat Idul Fitri? Salat Eid pertama kali disyariatkan pada satu Hijriah. Rasulullah menganjurkan pada umatnya untuk keluar dari rumah pada Hari Raya Idul Fitri untuk melaksanakan salat Eid.
Terkait aturan kapan salat Eid bisa dilakukan, para ulama sempat memperdebatkan hal tersebut. Hanya saja, menurut para ulama, salat Eid boleh dilaksanakan sejak awal matahari terbit di Hari Raya Idul Fitri sampai sepanjang tombak yakni sampai Dzuhur.
وَاتَّفَقَ الْاَصْحَابُ عَلَي اَنَّ آخِرَ وَقْتِ صَلَاةِ الْعِيدِ زَوَالُ الشَّمْسِ
Artinya, “Ulama dari kalangan madzhab Syafi’i sepakat bahwa waktu akhir pelaksanaan shalat id adalah ketika tergelincirnya matahari,” (Lihat Muhyiddin Syarf An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Jeddah, Maktabah Al-Irsyad, juz VII, halaman 7).
Salat Eid harus dilaksanakan bersama-sama di tanah lapang atau di tempat yang luas.
Dalam melaksanakan salat Eid, ada adab atau amalan yang sebaiknya dilakukan:
1. Dianjurkan mandi sebelum berangkat salat
Ibnul Qayyim mengatakan: “Terdapat riwayat shahih menceritakan, Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat ketat meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mandi pada hari ‘ied sebelum berangkat shalat”. (Zaad Al-Ma’ad, 1/425).
2. Berhias diri dan memakai pakaian terbaik
Ibnul Qayyim mengatakan: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar ketika shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha dengan pakaiannya terbaik”. (Zaad Al-Ma’ad, 1/425).
3. Makan sebelum keluar dan menuju ke tempat salat Eid
Dari ‘Abdullah bin Buraidah, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya”. (HR. Ahmad 5/352.Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan).
4. Bertakbir saat akan menjalankan salat Eid
Dalam sebuah riawayat dijelaskan:
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ فَيُكَبِّر حَتَّى يَأْتِيَ المُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْر
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari raya ‘Idul Fitri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir”. (Dikeluarkan dalam As Silsilahh Ash Shahihah no. 171. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih).
Dikutip dari Tribunnews.com, penjelasan dari Wahid Ahmadi, Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Jawa Tengah.
0 comments :
Posting Komentar